Baksos ’11; Bakti Sosial atau Bakat Sok Sial?

Baksos ’11; Bakti Sosial atau Bakat Sok Sial?


Tantrayana adalah penyembah Syiwa. Adalah Calon Arang -sebuah mitologi dari Jawa Timur- merupakan seorang tantrayana. Dengan kepalan tangannya dia berani merubah dunia. Muka merah padam dan taring yang bertengger di gigi depannya menampakkan ketakutan yang sangat. Mulutnya komat-kamit, membaca rapalan untuk meneluh warga Daha. Merubah keadaan sosial kepada keburukan, bak tentara Nazi yang melacurkan keinginannya dengan sosialisasi kebiadaban. Syiwa adalah dewa penghancur. Tak pelak, Calon Arang adalah seorang perusak. Perubahan sosial ingin diwujudkan, tapi bukan dengan tangan frontal. Bukan pula waisnawa, penyembah Wisnu, sang dewa pengurus alam. Karena kami tak menjajaki ruas-ruas waisnawa. Kami bukan Hinduis.
***

Kejadiannya terletak di Desa Cipejeuh, Kec. Pacet. Adalah HIMA-HIMI Persatuan Islam UIN SGD Bandung mengarungi program kerja Div. Sospol. Waktu eksekusi itu pada tanggal 29 Januari s/d 6 Februari 2011. Kebetulan aku dikutuk sebagai ketua pelaksana. Sebuah gelar yang membebani, kadang menggelayuti pikir. Tibalah hari dimana tanggal 29 itu nyelonong masuk. Rombongan ringkih dengan gembolannya, menggondol barang-barang ke TKP.

Setibanya di TKP, nada sinis sayup-sayup terngiang dari sebagian warga. Mungkin nada minor itu muncul akibat Rahwana. Rahwana yang terjepit diantara dua gunung. Rahwana yang kecewa atas kekalahannya dari Sri Rama, titisan Wisnu dari kota Ayodya. Dari itu, Rahwana mulai memoncongkan mulut, menyemburkan air liurnya ke angkasa. Membumbung, membentuk gelembung, lalu merasuki sebagian warga Cipeujeuh. Gelembung itu adalah ciptaan Rahwana yang jahat. Tapi malang bagi Rahwana, rencana jahatnya di ketahui Hanoman. Hanoman sang wanara sakti berceracau dengan lantunan indah. Membuyarkan seluruh gelembung Rahwana. Suara Hanoman itu terpancar lewat mulut rombongan kami. Asumsi-asumsi negative itu sirna ditelan Hanoman. Akhirnya kesemenjanaan dan penolakan pun tiada, meninggal terkubur galian. Tercirikan lewat nyinyirnya tawa, seringainya bibir, dan binarnya mata mereka. Itulah tanda penerimaan mereka.
Itu hanya semacam ilustrasi.

Bagaimana tidak terima? Kami bawa sepucuk kasih untuk ditebar di pelbagai pelosok Cipeujeuh. Apalagi acaranya memang bermutu.

Praksis! Praksis! Praksis!
Praksis mengandaikan adanya hubungan intim antara teori dengan aksi. Bukan hanya menafsir, tapi merubah. Bukan pula aksi buta yang menyembul layaknya babi buta. Tapi praksis adalah aktivitas revolusioner. Setidaknya itu kelakar Marx pada Feurbach.

Apakah baksos kemarin mengandaikan adanya aktivitas revolusiner? Entahlah.

Bakti sosial itu menoreh macam-macam sedih dan senang yang berlomba, menghunjam pikir, ditengah sebercak galau yang mencemari isi tengkorak. Ketika surya menjelma terik siang di tengah hari pada tanggal 6 Februari, kami bergegas pulang. Sedih akibat perpisahan dengan warga, hasil domplengan seminggu kurunnya. Mungkin kesedihan itu pun merundung bagi tiap mata-mata liar rombongan kami yang bagaikan harimau, siap menerkam kecengannya. HIMA ke HIMI, HIMI ke HIMA, ataupun ke warganya. Tapi bagiku, kesedihan itu hinggap kala aku hanya ngopi+ngerokok sendirian di rumah. Pandirnya tak ada teman ngopi+ngerokok. Senangnya, acara cukup sukses. Itu tersemat pada onggok-onggok muka yang gembira dari warga. Pun, silaturrahim berjalan lancar.

Tapi tak akan ada perubahan sosial ke arah yang baik bila mana bakti sosial hanya dijadikan seremonial belaka. Tak ada keseriusan untuk tindak lanjut. Maka, arungilah samudra yang ada di depanmu itu, jangan kau kembali ke tanah tempat diam yang buat kau stagnan, sehingga terwujudlah apa yang diusung oleh tema Baksos ‘11
Bakti pikir sumbang tarekah sangkan ngawujud masarakat madani nu pinanggih ridho Gusti.

Tapi maaf kawan, diantara serentetan kebahagiaan, dan seabreg kesedihan ada kegalauan yang terus menghantui dan mengganjal. Galau dan gusar waktu ku ingat. Mungkin kalian bisa jawab itu.

Jawablah pertanyaan berikut dengan denar dan seksama!

Dimanakah dua baju saya yang tak saya temukan minggu kemarin?



share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 12.23 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar